Pages

Friday 19 December 2008

Two sided

Pembicaraan saya dengan seorang teman yang rendah diri akan kesempatannya untuk di notice oleh kecengannya. dia bilang, "kita tahu kok kalau kita bukan untuknya.." Lalu kata saya, "bagaimana kalau pengetahuanmu salah? apa dasarnya? sudah dicoba belum untuk maju?"

di satu sisi dia percaya dia itu pasti nanti dipandang sebelah mata.
itu dia, kepercayaan yang menghancurkan.

Berbicara tentang dua sisi, yang akan saya tekankan adalah, bagaimana sebaiknya kita melihat dari dua arah, mengenai sesuatu yang belum pasti. kesimpulan sepihak, mematikan. Terlebih khayalan-khayalan akan sebuah kejadian yang belum tentu benar.



Saya, misalnya. Terkadang seringkali ketakutan atau malu sendiri sebelum berusaha melakukan sesuatu. Karena kesimpulan sepihak saya. Dikepala saya, bagaimana kalau ini, anu, itu, nanti diginiin, diapa-apain, ntar ada bencana menunggu, dia pasti nggak suka deh, ah saya tahu kalau dia tuh nggak begitu, dia nggak suka ini. Oh God, then i slap my face. What was i thinking? Seringkali kesimpulan diambil berdasarkan pengamatan dan pengalamana yang hanya 1% dari hasil akhir. Saya susah sendiri karena sayanya jadi tidak maju, atau ternyata hasilnya tidak seburuk yang saya bayangkana akan terjadi. Saya kemudian kesal sendiri.

Oleh sebab itu saya banyak diajarkan tentang, "belum tentu, siapa tahu, bisa saja..." terdengar seperti pembenaran? Kalau belum tahu mana yang benar, itu tidak salah.

Dua sisi, seperti wayang kulit, mata uang, layangan, sesuatu yang harus selalu dicari, agar tidak kecewa belakangan.
beauty saja bisa melihat sisi kedua beast

No comments:

Post a Comment

tell me what you think!