Pages

Thursday, 30 August 2007

Saya sebel selamat tinggal

saya sebel selamat tinggal



mengucapkan selamat tinggal it
u menyebalkan

terlebih harus melakukan adegan 'dadah dadah'

ada suatu saat dimana untuk yang pertama kalinya saya membenci selamat tinggal.

ketika ibu saya mengantar saya ke stasiun dan saya sudah masuk di dalam kereta. saya hendak menjalani test perguruan tinggi di Bandung. memang lokasinya tidak jauh, namun yang menyebalkan, adegan perpisahan itulah.

untuk yang pertama kalinya saya miris hati, saat kereta berjalan, mulai berjalan dan ibu saya melambaikan tangannya, diiringi lambaian tangan saya, dan beberapa meter kemudian, diiringi basah pada pipi saya yang tak henti selama beberapa menit kedepan. bukan basah karena terharu, tapi sedih melihat lambaian. entah mengapa saya benci lambaian tangan. bagi saya, lambaian tangan terkesan selmat tinggal sampai ketemu entah kapan dan
mungkin tak ada pertemuan.


saya lebih memilih tak ikut acara perpisahan, daripada sedih. tapi perpisahan itu sebenarnya apa ya? memilukan, menakutkan, menyedihkan. ah, tak bolehlah saya berbicara seperti itu.

jika saya boleh berpikir positif, kita semua berpisah untuk menemukan sesuatu yang baru. sesuatu yang menambah manfaat. jika saya boleh berpikir positif, berpisah itu sehat. sehat? sehat? sehat bagaimana?

ahhh


makanya saya nggak pernah mau kalu diantar ke stasiun sampai di depan kereta. karena saya takut menangis lagi. meski hanya beberapa detik saja, tapi rasanya dalam.. sekali.




ah


saya sebel selamat tinggal.


-sebentar lagi harus mengucapkan selamat tinggal sama sini. ah-


No comments:

Post a Comment

tell me what you think!