Pages

Tuesday, 18 December 2007

Introduce me : (...)

Ini bulan ke lima Rama mengacuhkan Alia dari kenyataan bahwa Alia, masih ada. Masih hidup di seberang sana, disuatu tempat yang Rama tahu persis, tapi tak mau tahu. Alasannya klise. Rama butuh waktu lama untuk menguatkan dirinya bahwa, apakah ia menyukai Alia atau tidak? Pasalnya, Rama sangat gampang terusik hatinya. Bukan kepada setiap perempuan yang ia temui lalu menaruh perhatian kepadanya, tapi kepada beberapa perempuan tertentu. Setelah pada akhirnya ia menetapkan bahwa Duma, perempuan yang ada di hatinya saat itu, dimana Rama butuh waktu hamper 8 bulan untuk meyakinkan dirinya bahwa ia –ternyata- memilih DUma untuk ada di hatinya; sekarang setelah lepas tiga hari setelah kedatangan perempuan asing ke kantornya, keyakinan Rama akan Duma terusik.


Bukan apa-apa, Rama sendiri pun tidak tahu apakah Duma menaruh hati kepadanya, toh dia hanya dapat berharap dan memandang dari jauh. Bahkan, apakah Duma masih mengingat Rama setelah mereka bertemu di reuni alumni SD, itu pun masih dipertanyakan. Sekarang setelh Rama yakin bahwa adalah Duma, perempuan yangtepat untuk ia kejar, tiba-tiba datanglah Alia. Alia seorang anak kerja praktek yang berbeda hamper 10 tahun dengannya. Namun yang Rama lihat dari Alia adalah, ia sangat pendiam pada awalnya tapi dalam selang waktu 2 hari saja, Alia jadi gampang berbaur di kantornya. Alia selalu punya inisiatif duluan untuk mengajak anak-anak makan. Pribadi yang tidak banyak ditemui oleh anak kerja praktek lain yang biasanya selalu malu-malu dna menunggu diajak keluar atau diberi pekerjaan. Alia sangat inisiatif dan antusias. Bos pun menyukai Alia karena ia sangat ramah. Selain itu, aura dewasa terpancarkan dari diri Alia, yang membuatnya diterima di kalangan orang dewasa.

Rama pernah pertama berbicara, tepatnya mencoba berbicara kepada Alia. Namun hanya jawaban pendek dan singkat yang bisa Alia berikan. Ada dua hal yang membuat Rama terntantang. Pertama, mengorek diri Alia karena ia sangat amat pendiam. Kedua, mat aAlia yang selalu memandang lawan bicara membuat Rama hamper lepas kendali. Salah tingkahlah yang akhirnya ditunjukkan dibalik Alia. Oooo… Rama anti sekali terlihat lemah didepan orang baru. Ia selalu berusaha untuk tahu semuanya dan membantu sebisanya. Tapi untuk sekian lama memandang mata Alia, Rama amat tidak kuat. Ia selalu mengelak tatap muka ketika Alia melihat ke arahnya. Bukan apa-apa, tatapannya sangat luas dan dalam. Tidak tajam, tapi menyiratkan banyak pertanyaan. Rama tak begitu suka ditanya, ia senang bertanya. Ketidak bisaan Rama untuk mendekati Alia-lah yang membuatnya bingung.
Tetapi, mengapa suka bingung? Alasannya mungkin sebenarnya biasa saja. Tapi Rama selalu mencuriai bahwa perhatian diam-diam Alia kepadanya sangat besar. Perhatian implicit yang ditunjukkan Alia kepada Rama, diterjemahkan sebagai sebuah perhatian special. Seriously, Alia dari kelakuannya memang terkesan menspesialkan Rama. Itu yang Rama baca. Oke, Alia mungkin tertawa kepada semua orang, tapi tidak bersama Rama. Dan yang Rama tahu, banyak perempuan yang justru jaga image di depan ornag yang menarik perhatiannya. Tunggu, apakah ini berarti Rama ke-GR-an? Bisa jadi.. Tapi bisa jadi juga penafsiran Rama benar. Tak ada yangtahu toh?

Tak tahu kapan bisa tahu kalau keadaan seperti ini terus.

Suatu saat, Alia akhirnya pergi meninggalkan kantor Rama. Waktu kerja prakteknya sudah habis dan ia melanjutkan kuliahnya. Selama lebih dari 3 bulan itu, rama masih terus memikirkan, apakah ternyata Alia, perempuan yang harus ada di hatinya saat itu. Sampai saat ini. Alia pernah, berhubungan via messenger dengan Rama untuk menanyakan beberpa ahal. Namun Rama enggan menjawabnya secara panjang taua menjadikan pembicaraan messenger itu menjadi sebuah pembicaraan yang lama. Karena Rama masih bingung, ia amsih berfikir, apakah Alia, perempuan yang ternyata harus ada di hatinya.

Tak tahu sampai kapan..
***

“Cerita singkat, agak nggantung sih, tapi bagus kalau diterusin. Gua suka.”, ujar si Editor. “Kalau lo mau, bisa gua serahin buat jadi naskah film. Gimana? Gua suka ini. Lo gua kasih waktu seminggu buat nerusin akhirnya. Gua tantang lo. BIsa?”, tanyanya lagi.

“Bisa banget. Saya terima tantangannya. Minggu depan, okay? Hari Rabu, jam yang sama kayak hari ini.”

“Boleh. Udahan yuk, gua ada rapat lagi ama anak-anak. Eh by the way, ini terinspirasi dari kisah pribadi lo?”, tanyanya.

“…Bisa dibilang begitu. Well, anggaplah ini adalah sesuatu kisah yang saya pingin kisah ini beneran terjadi. Persis seperti apa yang saya bayangkan. Kurang lebih begitu. Yuk.. Ketemu minggu depan. Dahhh..”
Alia pergi meninggalkan ruangan editor dan bergegas menuju toko buku langganannya dimana dia biasa menulis.

No comments:

Post a Comment

tell me what you think!