Pages

Sunday, 11 November 2007

Skak mat

“Jangan cerca saya!”, geram Alida. Sudah bertahun-tahun ia hidup dalam ketenangan dan kebahagiaan sampai pada suatu saat, saatini, ada seseorang yang hadir dalam hidupnya selama waktu lima minggu, serta merta mengeluarkan pendapat jahatnya. “Saya suka mengeluh? Tidak! Tidak pernah terbesit sekalipun untuk mengeluh! Tidak akan, Dion!”, kata-kata itu terdengar hampir di seluruh lobi mall. “Tidak secara kata-kata, tapi secara tindakan, Lid. Saya bisa membacanya. Kamu tidak pernah mengatakan sesuatu yang nyata keluhan, tapi gesture kamu menyatakan demikian.”
Siapa Dion ini sampai beraninya dia mengatakan Alida suka mengeluh? Alida sama sekali ‘bersih’. Ia disukai orang, ia selalu dicari dan menjadi primadona sekitarnya. Alida itu.. dia… jujur, dia sangat disayangi semua orang.. Dion, bukan siapapun. Hanya kenalan saja. Baru tiga kali ini mereka bertemu. Dan kali ini yang terakhir kalinya mereka akan bertemu, setidaknya itu yang terbesit sekilas di kepala Alida sejenak setelah Dion ‘mencercanya’. “Apa dasar pemikiran kamu, huh?”, Tanya Alida untuk yang kedua kalinya. Kali ini panas kepalanya tak dapat tertahan lagi. Umbaran dampratan bernada halus pada akhirnya keluar sudah. “Semua yang kamu kerjakan untuk orang lain, segala kesulitan yang kamu terima dengan lapang dada, tapi tidak sebenarnya di hati kamu. Kamu kerjakan semua, kamu cari solusi mengerjakannya, walau bagaimanapun caranya. Semua ‘musibah’ yang kamu dapatkan, sama kamu dibalik pemikiran itu menjadi sebuah anugrah. Kamu membohongi kenyataan. Menerima musibah dengan ikhlas? Bagus sekali. Tapi tidak begini caranya. Lelah kamu, kamu jadikan hadiah. Senyum kamu, kamu jadikan kedok. Lama kelamaan itu semua menumpuk, kamu membohongi diri, Lid. Tidak secara langsung, tapi saya selalu bisa melihat keluhanmu dari segala segi tindakanmu di belakang mereka.”
Wow, kata-kata yang panjang. Tak terbesit di benak Alida itu semua akan keluar dari mulut Dion, seorang stranger by the day, untuk hari ini. “Saya.. saya jadi tak kenal kamu, Dion. Saya malah melihat kamu yang mengada-ada. Kamu bukan Dion. Bukan Dion yang saya kenal. Saya tidak seperti itu, Dion. Sama sekali bukan. Tunggu, kita baru bertemu tiga kali dan kamu bisa menebak saya dengan begitu cepatnya? Kamu bahkan belum kenal saya! Kamu bahkan tak tahu saya sama sekali. Tidak sedikitpun rahasia saya yang pernah saya keluarkan ke kamu, hidup saya, tidak sama sekali. Jadi tolong, singkirkan pikiran mengada-ada itu, Dion…”
“Nggak,Lid. Saya tahu kamu sudah lima tahun. Sangat tahu. Saya bisa memberikan buktinya. Kamu tak akan mau tahu bagaimana saya bisa mengenalmu sebegini jauhnya..”, jawab Dion segera. Alida makin bingung. Amat bingung. “Dion, ggak mungkin. Bagaimana bisa, saya sama sekali tidak kenal kamu seperti ini..” Dion tersenyum,”Bagaimana kalau saya bilang, selama lima tahun ini, hidup kamu semua skenario rekayasa?” Alida sama sekali ling lung. “Kamu aktrisnya, saya sutradaranya..”, Dion sekali lagi berkata. . .

No comments:

Post a Comment

tell me what you think!