Pages

Tuesday, 6 November 2007

Menyupir demi masa depan

Ijinkan saya menyupir, kawan. Tapi kenapa kalian selalu melarang? Tak bisakah saya membawa kemudi mobil kalian?

“TIDAK AKAN. Kau hampir membuat jantungku berhenti saat mengemudi di kampus lalu kita tinggal satu meter dari belakang truk minuman.”, kata Libby pemilik Jazz merah.

“Nanti saja ya, fit..”, Ina selalu berusaha agar tidak menyakitkan.

“Dulu lo belok di gang sempit kampus seperti mengemudi bom bom car”, jawab Anggi tentang Ceria-nya yang pernah saya bawa.

“Maaf fit, reflex lo selalu nge-gas. Bukan nge-rem”, kali ini Idun berbicara.

“Mungkin karena kita penganut jalur kiri, fit.”, jawab Ina jaman dulu ketika saya bingung mengapa mobil depan saya berhadapan persis di muka saya dan memberi lampu.

Mengapa kawan? Mengapa?
Lalu semua kawan saya menjawab serempak, “Belajar nyetir gih sana!”

Ahhh… iya saya lupa. Saya belum belajar nyetir. Belum punya SIM. Baru berani megang mobil di kampus. Namun setelah kejadian beberapa hal mengerikan, teman-teman saya tidak percaya saya lagi. Tidakkk..

Beberapa agensi menyupir saya telepon, namun saya belum berani. Ah lebih tepatnya, belum ada biaya. Ketika saya disuruh menembak SIM dan belajar sendiri, saya berkata, “Pakai mobil siapa? Kamu ya..” lalu mereka langsung diam dan menyuruh saya menabung. Baiklah kawan…

Pokoknya,
Kalau saya wisuda nanti, saya harus bisa menyupir dan membawa mobil nganggur di Jakarta. Biar saya pergi wisudaan dengan Mama tetap rapih dan wangi dan cantik. Biar kami tak usah mengangkot atau menebeng teman. Kasihan Mama.

Kalau saya mau lulus nanti kelak, saya bisa pindahan bawa barang ke Jakarta gampang.


Ahhh… Ijinkan saya belajar menyupir…

No comments:

Post a Comment

tell me what you think!