Pages

Monday, 17 September 2007

Puasa dan Tarawih

Bersyukurlah saya diberi makan saur-tajilan-dan makan malam di kosan selama saya puasa. Tentunya dengan membayar per hari, tapi menurut saya harga yang saya keluarkanitu cukup sekali. Bahkan kalau di hari biasa, dengan harga segitu hanya dapat sekali makan.
H-1 anak-anak pad minta maaf sebelum puasa. Ada juga yang meneriaki junior saat mereka ngaco di lapangan pas kita semua mensuporteri fakultas tanding melawan Geodesi. “Habis-habisin sebelum puasa lah!”, kata salah satu oknum yang teriakannya juga keras. Saya? Kan saya senior baik hati.. Adanya jug asaya dan beberapa teman makan di Wendy’s yang baru buka di Braga. “Puas-puasin..”, kata teman saya penggila segala jenis keju sembari menceburkan burgernya ke dalam keju cair. Walhasil, dengan segala keniatan, saya buru-buru makan Arby’s lalu dilanjutkan tarawih di Mesjid yang tak-sengaja-ditemukan-ketika-ban-motor-temen-gembes. Kosong.. sepi..suratnya dikiitt.. ahhh..
Hari pertama puasa tak terasa karena kita sibuk sama kuliah. Saya sudah tahun keempat dan yang ada sekarang bukan praktek tapi laporan-laporan-laporan. PUSING!.Tapi ya kita musti sabaaarrrr sajaaa…
Tarawih kedua pada hari Jumat kemarin, saya senang soalnya Ustadnya ceramahnya, meski agak lama, tapi super lucuuuuuu. Sabtu saya ngak tarawih. Hari Minggu ini, saya super kebo. Tidur jam setengah enam pagi habis Subuh, bangun jam TIGA SORE LUAR BIASA! Apa – apaan ya? Ahh.. DImarahi mama, katanya, “bagus.. terus aja.. nggak mandi.. tidur mulu.. mandinya besok senin saja gimana?”, MAMAMAAAAaaaa!
Inti yang mau diceritakan adalah tarawih hari Minggu ini. Akhirnya setelah sya bangunjam 3 itu, badannya serasa lemes, akrena kebanyakan tidur, dan sehabis buka, dilanjutkan mandi, lalu tarawih. Saya berharap Ustasnya ya yang kayak hari Jumat itu. Eh ternyata bener. Dan ceramah yang lama itu diselingi tawa kita-kita semua di lantai satu, khusus perempuan dan Ibu-ibu.
Ustad (U) : “Sedekah itu, tak perlu dengan uang. Bisa juga cukup dengan Sholat Dhuha. Tapi jangan lantas tiba- tiba ada pengemis dating ke rumah, ‘Bu, mint asedekahnya..’ lalu kamu bilang ‘Ah, saya kan sudah Sholat Dhuha’, ya janganbegitu..”
Kita (K) : “BUAHAHAA”
U: “Sholat ya kalau nggak diniatkan sholat ya sama aja. Bagi kaum pria, mikirin motor misalnya. Pas lagi tengah – tengah baca doa, tiba-tiba, Inna Suzuki.. Yaaaa maha.. Lha ya kok jadi merk motor yang kepikiran?”
K : “BUAHAHAAA”

U: “Bapak-bapak, ibu-ibu.. Ngorong itu batal te?
U: “Tau nggak ngorong apa? Ngorong the ngupil. Batal nggak kalau puasa?”
Cewek sebelah saya: “NGGGAAAKKKK”
U: “Batal atuh.. Habis ngupil lalu, ammm.. dima’em.”
Saya: “Yeee.. (dalam hati)”
U: “Jangan lantas lagi puasa, semua yang item kecil dikira kurma.”
Saya: “BUAHAHAAAA…KURMAAAA”
U: “Bapak Ibu, apa lagi yang membuat batal puasa? Biasanya ibu-ibu nih..”
Yang merasa sudah ibu-ibu dan suka ‘begitu entah apa’: “GOSSIIIPPPPP…!!!”
U: “Betul.(Padahal Ustadnya lantai dua dan kita lantai satu) Membicarakan orang. Dan ini juga, seneng liat orang susah, susah lihat orang seneng. Betul?”
K: “Betuuulll…”
U: “Makanya kalau poligami yang seneng siapa?”
Ibu-ibu: “Suamiiii…”
U: “Kalau yang susah lihat orang seneng? “
Ibu-ibu: “…”
U: “Istri kann..? (selang beberapa detik kemudian…) Tuh kan Ibu-ibu di bawah matanya pada melotot semua…”
Ibu-ibu: (MELOTOT DENGAN HURUF KAPITAL)

U: “Senyum itu ibadah, kata Nabi. Tapi nggak usah kalian semua masuk ruangan terus mesem mesem nyengar nyengir nggak ada tujuannn..”
K: “BUAHAHA..”
U: “Saya pernah ada cerita. Waktu saya berdakwah di sebuah Rumah Sakit Jiwa. Ada salah satu dokternya cerita ke saya. Pasiennya ada yang mengaku sembuh dan ingin keluar dari sana. Dia nggak percaya, lalu akhirnya mau mengetes si pasien. Dia menyiapkan tiga buah. Mangga, jeruk,apel. ‘Kamu..ini buah apa?’
‘Ah dokter nih apa-apaan sih, itu kan manggaa..’
Waduh, kamu udah sembuh ya bener?
‘Kalau ini?’
‘Dokter ini, itu jeruk, masa nggak tahu sih. Nanya pula.’
Wah, ntar dulu nih, apa bener sudah sembuh?
Lalu yang terakhir dokternya nanya ke pasien apa nama buah tearkhir?”
K: “APEEELLLLLL…”
U: “Yak, kalian sudah sembuh, boleh pulang..”
K: “BUAHAHAAAA…”
Saya: “Sial.”
U: “Itu tadi berbagi cerita, bukan balas dendam. Awas, jangan ada yang nyolong kotak kencrengan.”
Hhhh… A good laugh to start the 11 rakaat pray. Hey, tawa dan senyum itu ibadah bukan?

No comments:

Post a Comment

tell me what you think!