a very insightful article from her world magazine
Bangkit dari tempat tidur dengan perasaan malas luar biasa. Di kantor, hanya memandangi komputer. Tugas tak dapat dijalankan secara maksimal. But when it comes to 5 pm, you feel sooo tired as if you have worked very hard, memeras keringat, dan merasa diperbudak. Seperti inikah kami? If your answer is yes, you have experienced what we call as a job burnout. Nggak hanya pekerjaan yang terpengaruh, melainkan juga kehidupan sosialmu.
Bukan sekedar bosan atau salah pilih.
This is common in a very stressful workspace. The American Institute of Stress defines job burnout sebagai reaksi negatif terhadap stress yang terjadi dalam pekerjaan. Definisi lain dalam Merriam-Webster's Collegiate Dictionary menjelaskan lebh detail lagi, "kelelahan fisik atau emosi yang biasanya terjadi akibat stress atau frustasi yang berkepanjangan".
what causes this? well let's see the massive list below:
- tinggi tingkat persaingan kerja
- beratnya kuantitas tugas
- tingginya harapan majikan
- phk massal, jadi karyawan kerja banting tulang buat kasih liat kalau mereka layak dipertahankan
- rendahnya standar gaji, yang bikin kita rela manfaatin semaksimal mungkin waktu sisa buat bisnis sampingan - yang ternyata - menuntut waktu dan perhatian sama besarnya.
- kecintaan dan kesukaan terhadap pekerjaan mulai luntur (dengan berbagai alasan)
- karir mentok karena perusahaan tempat kerja sekarang merupaka perusahaan keluarga sehingga tak mungkin bisa sampai ke puncak
- bekerja keras, namun ganjaran tak setimpal
- tak ada kenaikan gaji, tak ada kenaikan jabatan
- orang lain yang bekerja dikit, tapi pandai menjilat, malah dapat perlakuan lebih baik dari atasan
- salah karir, mungkin kejar setoran (asal dapet kerjaan)
Salah satu contoh kasus, sebut saja Wini, 35 tahun. Bekerja di bidang periklanan. 'Saya terlalu perfeksionis. Jadi meski dalam 1 tim, bila ritme anggota lain tidak secepat saya, saya jadi stress. But i always do my best agar pekerjaan ini berhasil. Tambahan lagi, pekerjaan kreatif ini kan tidak bisa diikat dengan waktu, tapi harus mematuhi deadline. Kalau sudah deadline, ide belum keluar, bisa gila!", ujarnya. "Paling ngeselin, kalau udah bikin rancangan bagus-bagus tapi yang puna duit maunya yang biasa-biasa sajadan menurut saya tidak bagus. Buat apa bayar mahalmahal kalau maunya hanya begitu? Kalau dia maunya gini, jadi bertentangan dengan hati nurani. Kitanya jadi setengah hati mengerjakannya."
Mengancam karir dan hubungan sosial.
Sebelum job burnout mempengaruhi fisik dan mental, akan terlebih dahulu mempengaruhi cara bekerja. Di satu sisi, karyawan yang tak produktif tentu bukan aset baik bagi perusahaan, namun di lain sisi, karyawan tak dapat memenuhi tuntutan kerjaan karena perusahaan hanya tahu mendistribusikan tugas saja, tanpa melihat kondisinya.
Solusinya gampang-gampang susah. Psikolog yang mengadopsi istilah tersebut adalah Herbert Freudenthal. Ia dikenal karena reputasi bekerja berjam-jam lamanya, tapi tidak mengalami burnout. Jalan keluar yang paling gampang adalah keluar dari pekerjaan. Bagi mereka yang masih berhitung untung rugi tau masih dalam tingkat awal tentun akan menganggap ini sebagai hal yang tak masuk akal. Namun bagi mereka yang mengalami kerugian fisik dan mental yang sangat mengganggu, akan menganggap mudur sebagai sebuah langkah penting.
Whatever that is, sebelum kita mengambil langkah serius, lebih baik melihat penyebab-penyebabnya. Bila kelelahan terjadi karena terlalu banyak beban atau waktu yang telalu panjang dan dilakukan atas keinginan sendiri, keadaan bisa membaik dengan sendirinya. Namun bila kelelahan disebabkan oleh stress dan frustasi yang umumnya berasal dari luar maka penanganannya lebih sulit. Bos yang sulit adalah salah satu masalah berat, karena Anda tak bisa melakukan apa-apa untuk merubahnya.
Kita harus menyadari bahwa, kekuatan ada batasnya - walaupun di pihak lain juga pekerjaan itu sebaiknya tidak ditolak. lebih baik menjelaskan bahwa load sedang banyak, daripada main terima tapi badan hancur. Bila, beban pekerjaan yang menjadi masalah, kita harus belajar menentukan prioritas dan bagaimana melepaskan beban2 yang tak perlu dibawa. Komunikasi itu penting. Daripada jadi pihak yang pasif tapi berkeluh kesah di belakang. Kita pun harus mengenali dengan betul apa yang diinginkan. Bila kecewa dengan pekerjaan sekarang atau merasa i can do better than now, banting setir lah dan kejar apa yang disukai.
Penting juga, untuk cari kesempatan tertawa dan banyak bersosialisasi. Ngobrol dengan orang2 dan melakukan aktivitas yang disukai, bersama keluarga, rekan. Remember, dunia nggak akan kiamat kalau kita tidak bisa menyelesaikan tugas. Selalu ada jalan, semua tergantung niat dan kemauan.
do what you like. be a kid again. be free
Do you have job burnout?Apakah kamu:
1. Perlu menyeret diri untuk ke kantor pagi hari?
2. Sering merasa letih di jam kerja dan tidak punya energi yang tersisa di jam bubar kantor?
3. Kehilangan motivasi dalam bekerja?
4. Menderita masalah fisik, sakit kepala, punggung, terbebani perasaan2 negatif?
Menderita stress, kehilangan berat badan, selera makan? jadi sering merokok dan konsumsi alkohol?
5. Tak mampu konsentrasi, tidak produktif, menjadi pelupa?
6. Iri dengan orang lain karena merasa bahwa pekerjaannya lebih menyenangkan dan memuaskan?
7. Menjadi mudah marah pada rekan kerja?
8. Hubungan non-pekerjaan (keluarga, pertemanan) jadi terpengaruh dalam arti negatif karena masalah pekerjaan?
9. Terus menerus melirik jam, berharap kantor sedang bubar?
Mari refleksi diri, kawan.. :)
No comments:
Post a Comment
tell me what you think!